Pengumuman Kelulusan Smada Prima diawali dengan Penanaman Pohon sebagai bentuk sekolah Adiwiyata

Rabu, 22 Februari 2012

Bahaya Penebangan Liar




Matahari semakin tua, semakin lemah sinarnya, apalagi terhalang oleh polusi debu di atmosfer. Tapi megapa suhu bumi justru meninggi semakin drastis?

Menurut para pakar lingkungan, pada pertengahan abad 21 ini, temperature permukaan bumi melonjak rata-rata 3 derajat Celcius dari suhu pada abad sebelumnya, atau bahkan ada yang memperkirakan sampai belasan derajat Celcius. Kalau saja produksi gas-gas rumah kaca dan penebangan liar tidak direm. Kenaikan suhu itu akan menimpa seluruh muka bumi, dari ekuator sampai ke kutub. Untung, di ekuator kenaikannya lebih rendah dibandingkan daerah yang lebih kea rah kutub. Kenaikan 3 derajat? Itu mungkin kecil bagi orang yang awam, apalagi pengusaha yang terbiasa dengan angka jutaan atau milyaran. Tapi, bagi pakar lingkungan, itu sudah lebih dari cukup untuk memusnahkan sejumlah spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan, kenaikan 1 derajat Celcius saja sudah cukup untuk mengubah wajah ekologi muka bumi secara nyata. Yang paling jelas dan mengkhawatirkan kita adalah pengaruh semua itu pada mahluk hidup di muka bumi, yang kita sebagai mahluk Homo Sapiens adalah salah satu spesiesnya.

Keberadaan dan penyebaran mahluk hidup memang dipengaruhi aneka factor, seperti ketersediaan makanan, iklim, dan ketahanan terhadap seleksi alamiah. Minimal ketiga factor ini saling mempengaruhi secara kompleks. Dengan demikian, perubahan salah satu factor iklim, yaitu suhu lingkungan, memiliki dampak yang luas pada keberadaan mahluk hidup, baik secara langsung maupun melalui dampaknya terhadap aneka factor yang mempengaruhi keberadaan mahluk hidup lainnya. Yang jelas, misalnya, semakin panas udara, keringat kita semakin banyak keluar, makin mudah haus dan perlu minuman serta udara yang sejuk untuk mendinginkan tubuh kita. Tapi, manusia terkenal dengan kemampuannya mengubah atau memodifikasi lingkungan setempat, misalnya dengan AC (Air Conditioner). Hewan juga punya tehniknya sendiri dalam mengatasi pemanasan lingkungan. Misalnya, hewan berdarah panas dengan menjulur-julurkan lidahnya (pada anjing), dan berkeringat. Sedangkan hewan berdarah dingin dengan terpaksa menghindari sengatan matahari langsung, mereka hanya bergerak di tempat teduh dan sejuk. Tapi, sekali lagi, itu semua ada batasnya.

Perubahan suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap hubungan parasit dan inangnya, sifat dan hasil kompetisi serta hubungan predator (pemangsa) dan mangsanya. Hewan yang unggul pada suhu sekarang mungkin tergeser oleh hewan lain yang lebih unggul pada suhu yang lebih hangat. Jaemonchus contortus, suatu cacing parasit pada domba di Australia, misalnya tumbuh subur mewabah di daerah panas Australia dan tidak menjadi masalah di daerah yang lebih sejuk, yakni bagian selatan Australia. Tapi itu tidak akan berlangsung demikian terus, karena efek rumah kaca akan segera menggeser peta suhu hangat lebih kea rah kutub (utara dan selatan). Pada saatnya, daerah sejuk itu menjadi lebih hangat, parasit itupun akan menjadi masalah. Demikian pula dengan cacing tambang, diramalkan akan ikut lebih meramaikan khazanah penyakit di daerah maju yang terletak di belahan bumi lebih atas.

Perubahan suhu dan kelembaban tanah dapat mempengaruhi kerajaan bakteri pembusuk dan pengurai di sana. Daur dan jala makanan serta proses penguraian bahan organic terhambat, tumbuh-tumbuhan yang menggantungkan diri dari hasil uraian itu akan terpengaruh.

TUMBUH-TUMBUHAN

Ingat, bahwa vegetasi alias tumbuh-tumbuhan merupakan dasar rantai makanan, dasar dari kehidupan yang lebih tinggi. Sebab hanya dialah yang dapat menyadap energi dari matahari, utnuk dijadikan bahan / makanan organic. Adanya tumbuh-tumbuhan itu merupakan sumber energi bagi hewan herbivore, selanjutnya, herbivore menjadi mangsa hewan karnivora (pemakan daging), dan omnivore (pemakan segala). Semua mahluk yang mati, membusuk, diuraikan bakteri menjadi senyawaan sederhana, garam-garamnya terpisah, ini semua mendaur ulang dimanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk membentuk bahan organic. Demikian tampak siklus makanan dan apa yang disebut dengan istilah piramida makanan (tingkatan trofik). Tumbuh-tumbuhan menjadi landasan piramida atau memiliki tingkatan trofik terendah, dialah yang memungkinkan timbulnya hewan dan manusia di bumi ini. Jadi, jika tumbuh-tumbuhan mati, bakteri mati, cepat atau lambat hewan dan manusia akan mati juga. Itu pasti, minimal untuk masa sekarang. Itu sebabnya pula para Negara yang bercita-cita hidup di planet lain atau diantariksa tengah giat memusatkan perhatian mengembangkan perkebunan di antariksa, membudidayakan tumbuh-tumbuhan di antariksa. Jika tanaman bisa subur, ibarat permadani merah yang mempersilakan manusia tinggal dan menetap. Ini juga suatu aksioma.

Beberapa spesies tumbuh-tumbuhan tidak akan dapat berkembangbiak bila suhu terlalu panas dan kering, sebagian lagi tak cocok berkembang biak bila suhu terlalu lembab. Kedua keadaan itu akan timbul kelak, akibat efek rumah kaca dan perusakan hutan serta penebangan pohon secara brutal.

0 komentar: