Pengumuman Kelulusan Smada Prima diawali dengan Penanaman Pohon sebagai bentuk sekolah Adiwiyata

SELAMAT DATANG DI SMA NEGERI 2 SITUBONDO

Jl. Anggrek No. 1 Situbondo---0338-671618---smadasit@yahoo.com.

Taman Smada Prima dan GreenHouse

Belajar menjadi lebih asyik dan menyenangkan.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

JumatBersih

Kegiatan yang dilaksanakan setiap jumat, dengan membersihkan lingkungan sekloah dan sekitarnya.

Jumat Bersih

Kegiatan yang dilaksanakan setiap jumat, dengan membersihkan lingkungan sekloah dan sekitarnya.

Senin, 27 Februari 2012

Lingkungan Bersih Dengan Sarana Yang Memadai













Saluran Air Limbah di Lingkungan Smada













Penyediaan Air Bersih dan Budaya Hemat Air

















Sarana Pengolahan Sampah Dan Pembuatan Komposer

Rabu, 22 Februari 2012

Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia

Pemanfaatan Limbah Susu Kedelai Menjadi Nugget Sebagai Bahan Makanan Alternatif






























Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi SMA Negeri 2 Situbondo pada :

Tanggal 25 September 2011 – 30 Oktober 2011 sebanyak 5 kali eksperimen.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan metode kuisioner. Metode eksperimen dilakukan untuk mencoba mengolah limbah susu kedelai menjadi nugget. Sedangkan uji organo dilakukan untuk memperoleh data tentang rasa dan penerimaan terhadap produk nugget dari para responden.

Analisa Hasil Pengamatan

a. Rasa

Dari 55 responden yang mencicipi nugget dapat diperoleh data responden yang meyatakan sangat enak 12 panelis, enak 38 panelis, agak enak 5 panelis, sedangkan tidak ada panelis yang menyatakan tidak enak. Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden menyatakan enak, hal ini dikarenakan semua bahan yang ditakar sudah proporsional sehingga rasanya menjadi enak.

b. Tekstur

Dari hasil uji organo diperoleh data responden yang menyatakan tekstur nugget sangat kenyal 4 panelis,39 panelis menyatakan tekstur nugget kenyal, dan tekstur agak lembek 12 panelis, sedangkan tidak ada panelis yang menyatakan tekstur nugget lembek. Dari data tersebut dapat di interpresentasikan bahwa para responden menyatakan tekstur nugget kenyal, hal ini menunujukkan bahwa komposisi pembuatan nugget sudah sesuai takaran

.

c. Kesukaan

Dari seluruh responden yang mencicipi nugget dapat diperoleh data bahwa sebagian besar panelis menyatakan suka yakni sebanyak 28 panelis, sangat suka 18 panelis, agak suka 9 panelis. Dari data tersebut menunjukkan bahwa para responden menyukai nugget dan dapat diterima oleh masyarakat (panelis).

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa nugget yang dibuat atau diolah memiliki rasa yang enak dengan tekstur kekenyalan yang disukai masyarakat, hal ini membuktikan bahwa produk nugget yang dibuat dapat di terima oleh masyarakat.

Bahaya Penebangan Liar




Matahari semakin tua, semakin lemah sinarnya, apalagi terhalang oleh polusi debu di atmosfer. Tapi megapa suhu bumi justru meninggi semakin drastis?

Menurut para pakar lingkungan, pada pertengahan abad 21 ini, temperature permukaan bumi melonjak rata-rata 3 derajat Celcius dari suhu pada abad sebelumnya, atau bahkan ada yang memperkirakan sampai belasan derajat Celcius. Kalau saja produksi gas-gas rumah kaca dan penebangan liar tidak direm. Kenaikan suhu itu akan menimpa seluruh muka bumi, dari ekuator sampai ke kutub. Untung, di ekuator kenaikannya lebih rendah dibandingkan daerah yang lebih kea rah kutub. Kenaikan 3 derajat? Itu mungkin kecil bagi orang yang awam, apalagi pengusaha yang terbiasa dengan angka jutaan atau milyaran. Tapi, bagi pakar lingkungan, itu sudah lebih dari cukup untuk memusnahkan sejumlah spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan, kenaikan 1 derajat Celcius saja sudah cukup untuk mengubah wajah ekologi muka bumi secara nyata. Yang paling jelas dan mengkhawatirkan kita adalah pengaruh semua itu pada mahluk hidup di muka bumi, yang kita sebagai mahluk Homo Sapiens adalah salah satu spesiesnya.

Keberadaan dan penyebaran mahluk hidup memang dipengaruhi aneka factor, seperti ketersediaan makanan, iklim, dan ketahanan terhadap seleksi alamiah. Minimal ketiga factor ini saling mempengaruhi secara kompleks. Dengan demikian, perubahan salah satu factor iklim, yaitu suhu lingkungan, memiliki dampak yang luas pada keberadaan mahluk hidup, baik secara langsung maupun melalui dampaknya terhadap aneka factor yang mempengaruhi keberadaan mahluk hidup lainnya. Yang jelas, misalnya, semakin panas udara, keringat kita semakin banyak keluar, makin mudah haus dan perlu minuman serta udara yang sejuk untuk mendinginkan tubuh kita. Tapi, manusia terkenal dengan kemampuannya mengubah atau memodifikasi lingkungan setempat, misalnya dengan AC (Air Conditioner). Hewan juga punya tehniknya sendiri dalam mengatasi pemanasan lingkungan. Misalnya, hewan berdarah panas dengan menjulur-julurkan lidahnya (pada anjing), dan berkeringat. Sedangkan hewan berdarah dingin dengan terpaksa menghindari sengatan matahari langsung, mereka hanya bergerak di tempat teduh dan sejuk. Tapi, sekali lagi, itu semua ada batasnya.

Perubahan suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap hubungan parasit dan inangnya, sifat dan hasil kompetisi serta hubungan predator (pemangsa) dan mangsanya. Hewan yang unggul pada suhu sekarang mungkin tergeser oleh hewan lain yang lebih unggul pada suhu yang lebih hangat. Jaemonchus contortus, suatu cacing parasit pada domba di Australia, misalnya tumbuh subur mewabah di daerah panas Australia dan tidak menjadi masalah di daerah yang lebih sejuk, yakni bagian selatan Australia. Tapi itu tidak akan berlangsung demikian terus, karena efek rumah kaca akan segera menggeser peta suhu hangat lebih kea rah kutub (utara dan selatan). Pada saatnya, daerah sejuk itu menjadi lebih hangat, parasit itupun akan menjadi masalah. Demikian pula dengan cacing tambang, diramalkan akan ikut lebih meramaikan khazanah penyakit di daerah maju yang terletak di belahan bumi lebih atas.

Perubahan suhu dan kelembaban tanah dapat mempengaruhi kerajaan bakteri pembusuk dan pengurai di sana. Daur dan jala makanan serta proses penguraian bahan organic terhambat, tumbuh-tumbuhan yang menggantungkan diri dari hasil uraian itu akan terpengaruh.

TUMBUH-TUMBUHAN

Ingat, bahwa vegetasi alias tumbuh-tumbuhan merupakan dasar rantai makanan, dasar dari kehidupan yang lebih tinggi. Sebab hanya dialah yang dapat menyadap energi dari matahari, utnuk dijadikan bahan / makanan organic. Adanya tumbuh-tumbuhan itu merupakan sumber energi bagi hewan herbivore, selanjutnya, herbivore menjadi mangsa hewan karnivora (pemakan daging), dan omnivore (pemakan segala). Semua mahluk yang mati, membusuk, diuraikan bakteri menjadi senyawaan sederhana, garam-garamnya terpisah, ini semua mendaur ulang dimanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk membentuk bahan organic. Demikian tampak siklus makanan dan apa yang disebut dengan istilah piramida makanan (tingkatan trofik). Tumbuh-tumbuhan menjadi landasan piramida atau memiliki tingkatan trofik terendah, dialah yang memungkinkan timbulnya hewan dan manusia di bumi ini. Jadi, jika tumbuh-tumbuhan mati, bakteri mati, cepat atau lambat hewan dan manusia akan mati juga. Itu pasti, minimal untuk masa sekarang. Itu sebabnya pula para Negara yang bercita-cita hidup di planet lain atau diantariksa tengah giat memusatkan perhatian mengembangkan perkebunan di antariksa, membudidayakan tumbuh-tumbuhan di antariksa. Jika tanaman bisa subur, ibarat permadani merah yang mempersilakan manusia tinggal dan menetap. Ini juga suatu aksioma.

Beberapa spesies tumbuh-tumbuhan tidak akan dapat berkembangbiak bila suhu terlalu panas dan kering, sebagian lagi tak cocok berkembang biak bila suhu terlalu lembab. Kedua keadaan itu akan timbul kelak, akibat efek rumah kaca dan perusakan hutan serta penebangan pohon secara brutal.

Selasa, 21 Februari 2012

Bahaya Asap - (Pencemaran Udara)





Timbulnya kualitas udara dalam ruangan
umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan
(16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) , lain-lain (13%).

Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap, Menurut beberapa
penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA.